Pembaca yang dihormati,
Pernakah anda terbesit pertanyaan dalam benak bahwa Indonesia juga dihuni oleh warga keturunan India? Selama ini kita tahu rakyat Indonesia sangat beragam berdasarkan etnik/suku budaya. Ada suku Jawa yang mendominasi populasi dan pembangunan di Indonesia. Ada keturunan Cina yang menguasai dunia bisnis dan ekonomi. Etnik Sunda terkenal dengan perempuan yang cantik. Suku Bugis suka merantau. Suku Batak menguasai profesi advokasi. Masih banyak lagi etnik suku di Indonesia yang saya pun tidak bisa menyebutkan satu per satu. Tetapi pernahkah kita menjumpai warga Indonesia yang berketurunan India?
Saya pribadi tidak pernah berjumpa dengan orang Indonesia keturunan India sampai pada tahun 2009 ketika saya menjadi student helper untuk Pemilu Legislatif 2009 di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur (KL). Waktu itu saya ternampak seorang gadis berwajah manis ala-ala India. Saya fikir dia orang Malaysia yang menjadi pekerja di KBRI. Rupanya dia bisa berbicara sangat lancar dalam Bahasa Indonesia dan merupakan pelajar Indonesia di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).
Saya sering ditanyai oleh kawan-kawan India di kampus Universiti Malaya (UM) apakah ada rakyat keturunan India di Indonesia. Warga keturunan India di Indonesia yang saya tahu sejak dulu cuma keluarga Ram Punjabi dan ram-ram lainnya yang menguasai produksi sinetron dan film horor semi porno di bawah rumah produksi Multi Vision Plus dan MD Entertainment.
Melihat warga keturunan India di Malaysia yang begitu banyak dan masih mempertahankan tradisi aslinya sehingga tidak tampak seperti rakyat Malaysia, terbesit di benak saya apakah ada warga keturunan di Indonesia yang benar-benar masih "India". Kemudian saya nemu artikel berita dari Metro TV pagi ini yang mengabarkan tentang tradisi Serak Gulo yang dirayakan oleh warga keturunan India di Padang, Sumatra Barat. Setelah membaca artikel ini saya berfikir, "oh ada juga keturunan India yang masih mempertahankan tradisinya di Indonesia". Mengapa saya berkata demikian? Karena selama hidup di Indonesia saya tidak sangat jarang menyaksikan atau mendengar tentang tradisi masyarakat Indonesia keturunan India.
Sebenarnya dengung tentang tradisi budaya India di Indonesia bukan tidak ada sama sekali. Justru pengaruh budaya India ke dalam budaya Indonesia sangat kental. Menurut fakta sejarah, Islam masuk ke Indonesia dibawah oleh pedagang dari Gujarat yang membuat transaksi jual-beli dengan dan mengenalkan budayanya kepada masyarakat setempat. Mereka kemudian menetap, menikah dengan orang lokal dan mempunyai keturunan yang mungkin sudah berdifusi dengan suku etnik lainnya. Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, para golongan Brahmana dari India mendahului dengan menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Banyak kerajaan-kerajaan Hindu menyebar di Nusantara dahulu kala. Yang paling berpengaruh tentunya kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa. Saking kuatnya pengaruh Hindu di Jawa pada zaman lampau, tradisi masyarakat Jawa Islam pada masa sekarang masih mengandung unsur-unsur Hindu. Sebut saja perayaan Malam Satu Suro (Tahun baru Islam, satu Muharam) di Jogjakarta yang masih menggunakan persembahan-persembahan (sesaji) layaknya perayaan umat Hindu.
Perayaan Malam Satu Suro merupakan perayaan umat Muslim yang mendapat pengaruh Hindu India. Bagaimana pula dengan perayaan umat Muslim Indonesia yang mendapat pengaruh Islam India? Salah satu contohnya yaitu tradisi Serak Gulo yang saya sebut di atas. Tradisi Serak Gulo atau tabur gula merupakan tradisi tahunan yang hanya ada di Padang. Tradisi ini merupakan ritual pembuka yang akan ditutup oleh tradisi Arak Cendana dan biasanya diadakan selama sepuluh hari pada bulan Jumadil Akhir menurut kalender Islam. Tradisi yang sudah diamalkan sejak 300 tahun lalu ini adalah bentuk nazar yang dilakukan oleh keturunan India Islam di mana nazar tersebut ditandai dengan memberi gula sebanyak nazar yang dibuat. Ribuan bungkus gula dari para pendonor gula biasanya dibagi-bagikan kepada warga keturunan India di lokalitas setempat.
Pendonor gula membagikan bungkusan gula kepada warga keturunan India di Padang, Sumatera Barat. |
Ternyata memang ada tradisi keturunan India yang masih dipertahankan sampai sekarang orang masyarakat Indonesia, dan saya baru tahu ini. Saya pun meng-Google untuk mencari tahu bagaimana tradisi masyarakat keturunan India di daerah lainnya. Pada salah satu blog yang saya baca, saya dapati ada juga masyarakat keturunan India yang merayakan Deepavali atau Diwali. Katanya, di Medan, Sumatera Utara, perayaan Diwali boleh dirayakan secara besar-besaran sejak tahun 1998. Tentang perayaan Diwali di Indonesia, dulu memang saya pernah mendengar kabarnya. Saya tahu ini melalui program infotainmen yang menyiarkan informasi tentang perayaan Diwali yang dirayakan oleh keluarga Ram Punjabi dan produser-produser sinetron keturunan India lainnya. Saya juga pernah mendapat satu pesan ringkas (SMS) nyasar berupa ucapan selamat hari Diwali yang kemudian saya ketahui sebagai perayaan bagi keturunan India terutama yang beragama Hindu.
Kita memang jarang mendengar tradisi masyarakat keturunan India, tetapi peninggalan budaya India di Indonesia sangat banyak. Sebut saja Candi Borobudur dan Candi Prambanan, dua ikon wisata Jogajakarta tersebut merupakan peninggalan dari zaman kecemerlangan agama Hindu-Budha di Jawa yang mendapat pengaruh dari India. Cerita wewayangan Ramayana dan Mahabarata yang sering "diklaim" sebagai produk budaya masyarakat Jawa juga sebetulnya berasal dari India. Bahasa kebangsaan kita, Bahasa Indonesia banyak menyerap kata-kata Sansekerta, bahasa kuno di India. Orang Indonesia, baik yang keturunan India maupun tidak, banyak yang memakai nama mirip dengan nama-nama orang India seperti Wati, Ratna, Rangga, Sulastri, Dewi, Dewa, Mahendra, dan banyak lagi. Tentunya, warga keturunan India di Indonesia juga banyak dan tersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia, terutama di Medan, Palembang, Aceh, Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Jogjakarta, Surabaya, Malang, Bangil dan Bali.
Kesimpulannya, tradisi dan budaya keturunan India di Indonesia memang ada tetapi kurang dikenal. Masyarakatnya pun jarang dijumpai karena mungkin sudah berdifusi dan berasimilasi dengan masyarakat suku etnik lain sehingga muka dan bentuknya tidak dapat dibedakan dari muka keturunan Indonesia asli. Gaya hidupnya juga sudah seperti warga Indonesia pada umumnya. Inilah keunikan Indonesia, walaupun terdiri daripada beragam suku budaya, indentitas nasional tetap satu: Bangsa Indonesia.
Sekian. Adios.
*sumber:
MetroTV
Wikipedia
Blog Bambang Priantono
Sebenarnya banyak dari kami yang keturunan india dimana mana. Namun banyak India muslim seperti kami dipukul rata sebagai orang arab ataupun hadramaut di Indonesia. Padahal berbeda sekali. India Muslim di Indonesia bisa dilihat dari marganya, seperti Surati, Marikar, Koja dll.
ReplyDeleteUstad Ahmad Hassan pendiri Persatuan Islam (PERSIS) dan sempat menjadi mentor Bung Karno melalui korespondensi pada masa perjuangan adalah salah satu tokoh islam keturunan india.
ReplyDeleteHahahaha
ReplyDeleteHahahaha
ReplyDeleteHahahaha
ReplyDelete