take it or explode it

Sunday, July 22, 2012

Save Maryam: Selamatkan Muslim di Indonesia dari Kristenisasi

1:30 AM Posted by Lily Rofil 1 comment
Assalamualaikum

Mari sejenak mengirim Al-Fatihah kepada saudara-saudara Muslim kita di Indonesia.

Sebelum saya menulis panjang untuk entry kali ini, saya mau mengajak kawan-kawan menonton video di bawah ini. #SaveMaryam


Kawan-kawan saya sekalian, kabar buruk menimpa sahabat Muslim kita di Indonesia. Kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar sedunia. Umat Islam di Indonesia mencapai 88% dari seluruh populasi Indonesia, atau sekitar 200 juta jiwa. MashaAllah. Namun, belakangan umat Muslim Indonesia berkurang secara signifikan dan konsisten. Menurut data Mercy Mission, sebanyak 2 juta Muslim Indonesia murtad dan memeluk agama Kristen setiap tahun. Jika ini berlanjut, diperkirakan pada tahun 2035, jumlah umat Kristen Indonesia sama dengan jumlah umat Muslim. Pada tahun itu, Indonesia tidak akan lagi disebut sebagai negara dengan penduduk majoritas Islam. Dan jika pemurtadan dari Islam ini masih berlanjut, Indonesia akan mencapai poin di mana umat Kristen menjadi penduduk majoritas. Naudzubillah tsumma naudzubillah.


Mengapa ini bisa terjadi? Well, kita bisa melihat dari kondisi ekososial di negara dengan penduduk sekitar 240 juta jiwa yang sangat memprihatinkan. Banyak yang meramalkan Indonesia akan mencapai status negara maju tidak lama lagi. Sebagai salah satu negara the Group of Twenty (G20), pertumbuhan ekonomi di Indonesia termasuk stabil dan menuju ke arah baik. Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2011, misalnya, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tumbuh sebesar 6.5 persen. Ironisnya, angka kemiskinan masih menghantui pertumbuhan ekonomi ini dengan jumlah penduduk Indonesia yang masih di bawah garis kemiskinan sampai pada tahun 2011 mencapai 30 juta jiwa atau sekitar 12 persen dari seluruh populasi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terlihat megah di pusat negara, di Pulau Jawa, di kota-kota besar saja. Indikatornya masih melihat pada pendapatan perkapita yang disumbangkan oleh golongan kelas menengah. Konsekuensinya, golongan miskin seolah-olah terselubungi. Masih berjuta-juta rakyat Indonesia yang tidak mendapat akses pendidikan, pelayanan kesehatan, listrik, air bersih, dan fasilitas umum negara lainnya. Mereka hidup di jalanan ibu kota, di bawah jembatan, di tepi sungai yang penuh dengan sampah. Ada pula yang hidup di pedalaman yang tidak terjamah oleh kebijakan pemerintah. Dan mereka inilah golongan miskin beragama Islam yang merana dan putus asa. Akibatnya, dengan iman yang minim, keyakinan pun mudahtergugah. Hanya dengan iming-iming kekayaan secuil, mereka pun pindah agama. Astaghfirullah.

Terlepas dari iman yang lemah, pemurtadan di Indonesia juga digerakkan oleh kristenisasi oleh para misioner Kristen. Gereja-gereja di Indonesia gencar mencanangkan dan menyebarkan misi mengkristenkan umat Islam. Berbagai cara mereka lakukan. Tahun-tahun belakangan ini, misionaris Kriten makin terang-terangan menyerap umat muslim untuk memeluk agama Kristen. Mereka mendatangi rumah sakit dan menghibur pasien beragama Islam dan perlahan tapi pasti membujuk pasien ini pindah agama. Mereka juga berselindung disebalik misi perdamaian dan bantuan kemanusiaan. Menurut The Observer, kelompok misionaris Light of Love for Aceh terang-terangan mengenalkan nilai-nilai Kristen melalui kegiatan amal yang diberikan kepada korban tsunami Aceh. Bahkan mereka berharap dapat membawa anak-anak Aceh ke Jakarta untuk ditempatkan di panti asuhan Kristen.

Begitu gencarnya para kaum misionaris mengkristenkan Indonesia. Orang-orang Kristen memang tidak suka orang Islam berjaya. Sebagaimana yang tertulis dalam QS Al-baqarah ayat 120:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mau mengikuti kemauan mereka setelah pegetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.
Maha benar firman Allah SWT. Tidak heran jika kristenisasi terus dilakukan untuk merayu dan mendapatkan umat Islam murtad dari agamanya.

Untuk menghentikan kristenisasi yang sudah marak di Indonesia, sebuah aksi global telah dimulai oleh Mercy Mission Indonesia untuk menyelamatkan sahabat Muslim di Indonesia yang tidak bahagia akan ke-Islam-annya sehingga mudah dipengaruhi oleh golongan missionaris. Mercy Mission merupakan organisasi terdaftar di Inggris yang biasa mengadakan projek berkaitan dakwah Islam. Organisasi ini sudah berpengalaman selama lima tahun terakhir dalam meningkatkan kesadaran di kalangan umat Islam melalui projek amal. Kali ini, Mercy Mission sedang menggalang dana dan kesadaran umat Islam di seluruh dunia untuk menyelamatkan saudara-saudari Muslim di Indonesia yang terancam dimurtadkan melalui projek Save Maryam. Kampanye Save Maryam disebarluaskan di dunia maya melalui Youtube, Facebook, Twitter, Website dan Email. Sementara di dunia nyata, iklan Save Maryam terpampang di berbagai media below the line seperti baliho, poster, spanduk, pamflet, dan sejenisnya.



Sebagai umat Muslim yang peduli sesama serta peduli terhadap agama kita, mari kita dukung gerakan ini sepenuhnya.Untuk membantu Save Maryam, cukup dengan 3 langkah mudah: Watch, Share, Donate. Lihat atau tonton iklan mengenai Save Maryam. Kemudian, daripada menghabiskan waktu di Internet untuk hal-halyang tidak bermanfaat, ada baiknya kita menyebarkan informasi tentang kampanye ini. Dan jika kita ada rezeki lebih, tidak ada salahnya untuk menyumbang sejumlah uang kepada oraganisasi ini.


Bagaimana uang donasi kita akan digunakan? Uang donasi dari saudara-saudara Muslim di seluruh dunia akan digunakan untuk:

1. Melauncing Islamic Youth TV (berbasis di Yogyakarta)
Saat ini media di Indonesia terutama TV telah memberi pengaruh buruk kepada pemuda Muslim di Indonesia. Hedonisme, kapitalisme dan westernisasi serta kulturalisasi Islam yang dipaparkan di TV berpotensi merusak esensi Islam sehingga dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Dengan adanya Islamic Youth TV, diharapkan pemuda Islam Indonesia terpapar dengan acara yang bermutu dan mendidik mereka ke kehidupan yang lebih baik.

2. Melauncing Indonesian Youth Helpline
Indonesian Youth Helpline merupakan call centre yang dihadirkan untuk melayani panggilan Muslim yang mempunyai masalah untuk dibantu. Ini penting agar mereka tidak lari kepada penolong dari agama lain.

Selain memberi donasi langsung kepada Mercy Mission, kita juga bisa memberikan donasi melalui kegiatan seperti yang dianjurkan oleh oraganisasi ini. Kegiatan tersebut diberi nama Iftar For Maryam, yaitu inisiatif bagi kawan-kawan Muslim untuk mengundang kawan serta kerabat dalam acara buka puasa bersama. Melalui buka puasa ini, kawan-kawan dapat menggalang dana yang nantinya dapat disumbangkan untuk projek Save Maryam.

Kesimpulannya, mari kita sama-sama membuka mata akan kenyataan bahwa Islam di Indonesia terancam punah akibat kristenisasi. Oleh itu, sebagai Muslim yang baik, tidak ada salahnya, malah mendapat pahala, kita realisasikan projek ini. Bismillah dengan izin Allah, semoga projek ini berjalan lancar dan mencapai tujuannya sehingga masa depan kehidupan umat Muslim di Indonesia terselamatkan. Amin.

P.s: Lebih lanjut tentang Save Maryam, kawan-kawan bisa klik di SINI

Sumber:

*Edited*

Tuesday, July 17, 2012

Penetapan 1 Ramadhan di Indonesia yang selalu berbeda antar-kelompok agama Islam

12:39 PM Posted by Lily Rofil No comments
 Assalamualaikum

Bulan suci Ramadhan al Karim sudah dekat. Sedekat apakahTergantung. Secara rohani, itu menurut pribadi dan iman masing-masing. (hehe ^,^)v). Mudah-mudahan iman saya dan kita semua lancar-lancar saja dalam menyambut dan menjalankan puasa Ramadhan tahun ini. Amin. Nah, kalau secara lahiriyah, sebetulnya 1 Ramadhan ini kapan sih?

Menurut kalender hijriyah saya, 1 Ramadhan itu jatuh pada hari Jumat (20 Juli 2012). Tapi setelah "tanya" google, ternyata penetapan 1 Ramadhan di Malaysia dan Indonesia secara umumnya jatuh pada hari Sabtu tanggal 21 Juli 2012. Inipun belum pasti karena masih menunggu pengumuman resmi MUI/Kementrian Agama Indonesia.

Walaupun belum ada pengumuman resmi mengenai penetapan 1 Ramadhan, rupanya sudah ada beberapa kelompok yang memulai Ramadhan lebih dulu. Diberitakan di Metro TV bahwa Jamaah Naqsabandiyah di Kecamatan Pauh, Padang, Sumatra Barat mulai shalat Terawih pada tadi, Selasa (17 Juli 2012). Ini artinya, mulai jam 5 WIB, para penganut jamaah ini akan muemulai puasa Ramadhan pertama mereka. Alasan mereka mendahului puasa karena mereka mengaku sudah melihat hilal berdasarkan hisab dan ru'yat yang dilakukan selama 15 hari terakhir ini.

Tidak hanya Jamaah Naqsabandiyah, Jamaah An Nadzir di Kecamatan Bontomarannu, Gowa, Solawesi Selatan juga menetapkan awal Ramadhan lebih dahulu daripada tanggal resmi yang ditentukan pemerintah. Mereka mulai berpuasa pada hari Rabu (18 Juli 2012), tapi menurut mereka 1 Ramadhan jatuh pada Khamis (19 Juli 2012). Pimpinan penganut jamaah yang identik dengan rambut gondrong bercat merah dan suka berpakaian hitam ini menentukan awal puasa dengan melihat tanda-tanda alam seperti air pasang laut dan juga menggunakan metode ru'yat.

Seperti biasa penentuan tanggal 1 Ramadhan di Indonesia selalu menjadi perdebatan. Masing-masing kelompok agama Islam yang berbeda aliran mempunyai cara dan penetapan sendiri. Yang paling tidak asing, penetapan 1 Ramadhan oleh organisasi Islam mainstream Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang sering sekali berbeda. Kebiasaanya, Jamaah Muhammadiyah menetapan awal Ramadhan dan Syawal lebih dahulu daripada NU yang penetapannya lebih mengikut yang digunakan oleh pemerintah Indonesia. Itu baru kelompok Islam mainstream, bagaimana dengan kelompok-kelompok Islam kecil lainnya? Seperti yang kita ketahui aliran Islam di Indonesia itu banyak sekali. Dan ini yang tidak saya mengerti.

Bagaimanapun, biar penetapan 1 Ramadhan berbeda-beda, jangan sampai ada pertikaian yang dapat menimbulkan perpecahan. Pada dasarnya kita kan satu agama, satu bangsa. Jadi sebaiknya semua dibawa santai dan damai saja. Yang terpenting, semoga amal ibadah kita selama puasa semakin baik dari tahun ke tahun serta diberkahi Allah SWT. Amin.

*Sumber:

Saturday, July 14, 2012

Kartun TV dan anak-anak

8:14 PM Posted by Unknown , No comments
Assalamualaikum. Selamat pagi dan selamat berakhir pekan.

Gambar ilustrasi didapat dari  
http://www.bankaroo.com

Kartun dan anak-anak mempunyai hubungan erat. Kartun menyediakan hiburan bagi anak-anak. Kadang kartun juga dapat dijadikan sebagai medium edukasi bagi mereka. Sebut saja Dora the Explorer, acara ini dapat membantu anak-anak belajar mempelajari persekitarannya dan merespon pertanyaan yang diajukan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kartun juga dapat memberi pengaruh buruk kepada anak-anak. Menonton kartun di depan kaca televisi sehari penuh membuat anak malas bergerak dan selanjutnya mempengaruhi pola makan dan aktivitas tubuhnya. Ini yang menjadikan TV sebagai salah satu sebab obesitas pada anak-anak. Selain itu, terdapat kartun yang mempunyai konten yang tidak sesuai untuk anak-anak. Adegan kekerasan yang dianggap sebagai lelucon, misalnya, dapat mempengaruhi anak berbuat demikian di dunia nyata.

Membicarakan efek negatif kartun TV dan anak-anak, banyak sarjana komunikasi telah merumuskan teori atau konsep untuk menjelaskannya. Salah satu sarjana komunikasi yang paling terkenal dalam bidang ini adalah Gerbner (1983) yang mengemukakan teori kultifasi (cultivation theory). Menurut Gerbner, anak-anak yang menonton televisi berjam-jam dan secara terus-menerus akan cenderung mengikuti adegan yang dipetontonkan di television, termasuk yang didapat dari program kartun. Ini karena mereka mendapat kultivasi, penyuntikkan pengaruh secara terus-menerus. Walaupun teori ini mendapat banyak kritikan oleh sarjana Komunikasi yang fokus pada audience studies yang berasumsi bahwa penonton tidak semuanya pasif atau hanya menerima bulat-bulat setiap apa yng ditontonnya, teori kultivasi ada benarnya dan perlu dijadikan panduan bagi orang tua dalam mengawasi anak-anak mereka ketika menonton televisi sehari-hari.

Mengapa pengawasan orang tua bagi anak-anaknya yang suka menonton televisi terutama kartun penting? Jawabannya sederhana, tidak semua kartun ditargetkan untuk anak-anak. Ada kartun yang sengaja dibuat untuk golongan remaja dan dewasa. Bagaimanapun, ada juga kartun yang dikhususkan untuk anak-anak tetapi masih berbahaya untuk ditonton oleh golongan umur mereka. Untuk ini, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah mengeluarkan daftar kartun yang perlu diwaspadai oleh orang tua agar mengontrol anak-anak mereka dan dapat dijadikan panduan bagi mereka dari segi mana yang yang boleh ditonton dan mana yang tidak. Berikut ini tiga kategori judul-judul kartun di stasiun televisi nasional Indonesia yang perlu diwaspadai.

1. Kategori hijau, aman untuk ditonton oleh anak-anak.
Disney Club: Jungle Junction (MNC),
Disney Club: Handy Manny (MNC)
Shaun the Sheep (MNC)
Disney Club Mickey Mouse and
Friends (RCTI)
Bocah Petualang (Trans7),
Opera Si Unyil (Trans7)
Koki Cilik (Trans7)
Teropong si Bolang (Trans7)
Laptop si Unyil (Trans7)
Chalkzone (GlobalTV)
Dora the Explorer (GlobalTV)
Inflona (GlobalTV)
Taman Dongeng (GlobalTV)
Cerita untuk Anak (TVRI)
Budi dan Kerti (TVRI)

2. Kategori kuning, kurang aman untuk ditonton anak-anak. Pengawasan orang tua diperlukan.
Duckula (ANTV)
Woody Woodpecker (ANTV&Trans7)
Dufan the Devender (Indosiar)
Bakugan Battle Brawlers Gundalian
Invanders (Indosiar)
Power Rangers Samurai (Indosiar)
Pokemon D&P part 2 (Indosiar)
Aksi didi Tikus (MNC)
Chaplin and Co (MNC)
Doraemon (RCTI)
Badil & Blangkon Ajaib (SCTV)
Woody Woodpecker (Trans7)
Penguin of Madagascar (GlobalTV)
Spongebob Squarepants (GlobalTV)
Boboi Boy (GlobalTV)
Tak and Power of Juju (GlobalTV).

3. Kategori merah, bahaya untuk ditonton anak-anak. Sebisanya anak-anak dihindarkan dari menonton program kartun ini atau pendampingan orang tua diberlakukan ketika anak-anak menonton acara-acara di bawah ini.
Tom & Jerry (ANTV)
Ultraman Mebius (Indosiar)
Dragon Ball Z KAI (Indosiar)
Inazuma Eleven (Indosiar)
Tom & Jerry Tales (RCTI)
Crayon Shinchan (RCTI)
Oggy & Cockroaches (GlobalTV)
Tom & Jerry Kids Show (GlobalTV).

Kesimpulannya, ada beberapa kartun yang aman ditonton oleh anak-anak, ada pula kartun yang bahayauntuk ditonton anak-anak karena dapat memberi pengaruh buruk kepada mereka. Pengawasan dan pendampingan orang tua selama anak menonton TV sangat diperlukan agar mereka tidak salah memberikan persepsi terhadap apa yang ditonton.


Sumber

Saturday, May 26, 2012

Konser Lady Gaga di Indonesia sebaiknya dibatalkan

9:59 PM Posted by Lily Rofil No comments

Assalamualaikum dan Salam Sejahtera

Di Indonesia sedang heboh kontroversi konser Lady Gaga yang dibatalkan. Konser "Ratu Monster" yang rencananya diadakan pada 3 Juni di Jakarta itu tidak mendapat izin dari Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya. Senada dengan Polda, anggota parlimen Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) setuju dan mendukung sikap yang diambil oleh Polda tersebut yang dianggap sebagai salah satu bentuk selektifitas terhadap budaya asing.

"Sikap selektif dan pencegahan terhadap intervensi budaya asing itu harus dilakukan secara tegas dan ukuran pencegahannya juga harus berdasarkan norma hukum yang berlaku dengan dasar Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukumnya," kata anggota Komisi III DPR RI dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ahmad Basarah kepada Antara News. Basarah berkata demikian atas asumsi bahawa bangsa Indonesia tengah mengalami krisis jati diri ke-Indonesia-annya.

Rencana diadakannya konser Gaga memang sudah menjadi kontroversi sejak awal. Dimulai dari fatwa  Majlis Ulama Indonesia (MUI) yang mengharamkan konser penyanyi nyentrik tersebut hingga ancaman Front Pembela Islam (FPI) yang akan membubarkan konser tersebut jika jadi dilaksanakan. Kontroversi ini masih berlanjut hingga sekarang dan masih belum menemui titik terang. Banyak pro dan kontra meliputinya. Ada yang setuju dengan diadakannya konser Lady Gaga, tidak sedikit yang menginginkan konser itu dibatalkan. Saya sendiri, lebih setuju jika konser itu digagalkan.

Banyak alasan mengapa konser Lady Gaga di Indonesia harus dibatalkan. Menurut Indonesian Police Watch (IPW), yang dikutip oleh Kompas.com,  terdapat tiga alasan konser Gaga harus digagalkan. Pertama, Indonesia harus mengacu kepada Undang-undang (UU) Pornografi yang menyangkut semua bentuk pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi dan pornoaksi. Undang-undang ini tidak hanya berlaku kepada warga negara Indonesia (WNI) saja, tetapi juga kepada warga asing yang sepatutnya menghormati Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar sedunia. Kedua, rencana konser Gaga sudah menjadi kontroversi sejak awal yang berpotensi menggugat keamanan dan ketertiban masyarakat serta konflik sosial antarkelompok. Ketiga, adanya politisasi mengenai kontrofersi. Kata Ketua Presidium IPW, Neta S. Pane, "terbukti, kelompok-kelompok politik sudah ikut cawe-cawe dalam menekan Polri. Padahal, Polri seharusnya profesional dalam menegakkan UU Pornogafi."

Saya pribadi setuju dengan alasan-alasan yang dilontarkan oleh IPW, terutama alasan kedua. Jika konser Gaga dilaksanakan, dikhawatirkan FPI  benar-benar membuktikan ancamannya. Dengan ancaman FPI yang akan membubuarkan Konser Gaga jika konser tersebut diadakan, sudah pasti kekecohan akan berlaku di tempat diadakannya konser tersebut. Akan terjadi konflik fisik maupun psikis antara pendudkung FPI dan pendukung Gaga.Terutama konflik fisik, pertumpahan darah sudah dapat dipastikan berlaku mengingat aksi FPI selama ini dikenal keras dan tidak kenal toleransi.  Konflik ini tentu saja tidak akan berhenti di situ, para pendukung masing-masing pihak akan berseteru bahkan merambah ke jalur hukum.

Untuk alasan ketiga, politisasi kontroversi konser ini, menurut saya, dapat berpotensi adanya tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Bisa saja para kelompok politik tertentu melakukan atau menerima suap demi kepentingan popularitas kelompok politiknya. Selain itu, komentar-komentar mereka yang dimuat atau disiarkan media juga dapat mengaburkan "pandangan" masyarakat.

Menaggapi alasan pertama, saya setuju-tidak setuju tapi lebih berat ke setuju. Memang Lady Gaga dikenal dengan pakaiannya yang selalu terbuka yang boleh dikaitkan dengan pornografi serta pendiriannya yang menganut fahaman satanisme. Karakter Lady Gaga ini dikhawatirkan dapat merusak moral bangsa apalagi penggemar Lady Gaga di Indonesia lebih banyak dari kalangan remaja yang masih dalam tahap pencarian jati diri. Jika jati diri seperti Lady Gaga yang mereka terapkan, maka betullah pendapat Ahmad Basrah bahwa bangsa Indonesia berpotensi mengalami krisis jati diri ke-Indonesia-annya.

Namun perlu digarisbawahi bahwa konser yang mungkin akan berlangsung dua jam saja belum tentu menimbulkan perubahan jati diri yang signifikan. Tanpa adanya konser pelantun Poker Face tersebut sekalipun, para penggemar Lady Gaga  sudah mendapatkan pengukuhan (reinforcement) pengaruh Lady Gaga melalui media terutama Internet. Mereka mungkin sudah terpengaruh dengan idealisme Lady Gaga yang mendukung homoseksualitas dan satanisme bahkan sebelum adanya kontroversi kedatangan Lady Gaga ke Indonesia.

Penggemar Lady Gaga yang kebanyakan masih remaja. Gambar didapat dari Kompas.com
Mengenai potensi pornografi dan pornoaksi yang mungkin ditimbulkan oleh adanya konser Lady Gaga, ini tidak 100 persen benar juga tidak sepenuhnya salah. Banyak kalangan masyarakat menanggapi bahwa dangdut seronok di kawasan lokal tertentu dinilai lebih "panas" berbanding aksi Lady Gaga. Bahkan ini dianggap lebih berbahaya daripada aksi panggung Lady Gaga. Menurut hemat saya, baik Lady Gaga maupun artis dangdut "panas" sama-sama berpotensi menyebarkan pornografi dan pornoaksi sehingga bisa merusak moral bangsa. Bedanya, Lady Gaga mendapat perhatian luas dan liputan di berbagai media karena dia merupakan artis mainstream di dunia bahkan di Indonesia. Konsernya pun diadakan di Jakarta yang notabenennya pusat negara. Jadi wajar jika konser Lady Gaga mendapat banyak kritikan dan kecaman berbanding konser dangdut yang cuma se-level "iwak peyek". Ini juga yang menjadi salah satu alasan munculnya tanggapan dan kebijakan dari  Polda, Polri serta kelompok politik Tanah Air. Sementara itu, konser seronok artis dangdut yang mampu "menggoyangkan" sahwat tidak mendapat tanggapan dari pihak berkuasa mungkin karena sifatnya yang underground atau lebih berada di lingkungan akar-umbi (grassroot) sehingga tidak mendapat liputan meluas oleh media dan tertutup dari tangan kebijakan pihak berkuasa. Memang sudah sifat media yang hanya fokus kepada kejadian di dunia mainstream.

Atas alasan tersebut, banyak anggota masyarakat yang menilai pemerintah tidak adil dalam menegakkan UU pornografi karena pilih kasih melarang konser Gaga dan membiarkan konser dangdut seronok. Dalam pandangan saya, Polri memang belum tegas menegakkan UU pornografi, terbukti masih banyak konser dangdut terselubung yang belum dicekal. Namun bukan berarti kita boleh menghardik Polri atau pemerintah pada umumnya karena menggagalkan konser Gaga. Sebagai warga negara yang baik, seharusnya kita mendukung tindakan pemerintah dalam memerangi pornografi dan pornoaksi. Meskipun belum semua konser yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi mendapat penanganan pemerintah, kita bisa bertindak sebagai pelapor jika memang menjumpai konser sedemikian.

Media juga perlu adil memberitakan perkara-perkara yang menyangkut kepentingan orang awam. Menurut saya, adanya sikap pilih kasih pemerintah dalam menangani kasus pornografi dan pornoaksi dikarenakan pemberitaan media yang juga pilih kasih. Media sebagai pengawas masyarakat dan pemerintah kurang bertindak adil dalam menyediakan informasi yang memberi pencerahan baik kepada pemerintah ataupun mastarakat. Media Indonesia hanya pandai memanfaatkan kedaaan untuk meraup keuntungan korporat. Media Indonesia cuma suka memanas-manasi dan ini sangat bahaya bagi persatuan dan keutuhan negara. Semoga kita semua bisa lebih bijak menilai sesuatu dan dapat menggunakan akal sehat dalam menanggapi sesuatu. Sekian dan terima kasih.

Tuesday, May 1, 2012

Perempuan Afganistan ini dipenjara karena diperkosa

9:06 PM Posted by Unknown No comments

Selamat pagi Indonesia,

Sebelumnya, saya mau mengucapkan Selamat Hari Pendidikan Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. Semoga sektor pendidikan di Indonesia lebih dihargai, dana pendidikan tidak dikorupsi, semua warga mendapat akses pendidikan secara adil dan merata, dan semoga pendidikan Indonesia tambah maju. Yang tidak kalah penting, semoga penyelidikan dan inovasi di bidang pendidikan semakin mendapat prioritas oleh pemerintah dan swasta agar dapat menunjang pembangunan di bidang lainnya seperti sains, teknologi, ekonomi, politik, dan juga sosial. Ini penting agar kita tidak ketinggalan dengan negara maju dan terlepas dari teori serta paradigma primitif yang menterbelakangkan manusia, seperti yang terjadi di Afganistan.

Sebuah peristiwa perampasan nilai hak asasi manusia telah terjadi di Afganistan. Seorang perempuan dipenjarakan karena menjadi korban pemerkosaan oleh suami sepupunya sendiri sampai melahirkan seorang anak. Bahkan anak yang dilahirkan terpaksa dibesarkan di penjara. Perempuan yang bernama Gulnaz itu dijatuhi hukuman penjara 3 tahun, 9 tahun lebih ringan dari tuntutan jaksa. Dia bisa saja dibebaskan jika mau MENIKAHI SI PEMERKOSA. Dunia sepertinya sudah terbalik atau memang kembali ke kedudukan asal. Seorang korban perkosaan dipaksa menikahi pelaku pemerkosaannya jika tidak mau dipenjarakan. Bukankah seharusnya sudah menjadi tanggungjawab si pemerkosa untuk menikahi si korban? Mengapa menjadi terbalik seperti ini? Sungguh tidak adil sekali bagi perempuan ini.

Korban bersama anaknya di penjara. Meskipun dia sudah memilih untuk menikahi pemerkosanya, dia tetap dipenjarakan. 

Kenapa dia dipenjarakan sedangkan dia yang merugi? Ini karena hukum primitif di negara konflik itu yang masih menganggap perkosaan adalah peristiwa perzinaan yang membawa aib kepada keluarga dan masyarakat. Mengapa dia yang dianggap membawa aib? Bagaimana dengan pelaku pemerkosaan sendiri? Apakah dia dianggap dikenakan aib? Sungguh tidak masuk akal waras. Jika memang pemerkosaan itu suatu perzinaan yang membawa aib kepada masyarakat, mengapa itu harus terjadi? Mengapa lelaki bangsat itu harus melakukan perkosaan jika dia dan masyarakatnya tidak mau kena aib? Bukan keinginan perempuan itu untuk diperkosa dan memalukan keluarga serta masyarakatnya. Dia murni tidak bersalah. Dialah korban. Mengapa dia yang perlu menanggung hukuman? Seharusnya pemerkosa laknat itu yang dihukum seberat-beratnya karena dia telah merampas keperawanan seorang perempuan yang masih keluarganya sendiri. Dia juga yang menyebabkan aib keluarganya. Kenapa dia dibiarkan bebas?

Jika sudah hukumnya si korban pemerkosaan harus menikahi si pemerkosannya, maka tidak akan heran jika nanti dalam rumah tangga si pemerkosa akan bertindak semena-mena terhadap si korban. Ini karena si pemerkosa menganggap dirinya diperlukan sehingga dia merasa superior terhadap si korban. Maka tidak dapat dipungkiri kekerasan terhadap wanita dalam rumah tangga akan terjadi. Dan perempuan selamanya akan tertindas jika hukum seperti ini masih dibiarkan.

Sungguh dunia kejam terhadap perempuan. Kejadian-kejadian seperti inilah yang tidak saya sukai. Ini sungguh bentuk ketidakadilan terhadap perempuan. Ini diskriminasi gender. Laki-laki bebas melakukan kejahatan kemanusiaan tanpa hukuman yang mengancam sementara perempuan dianggap mendurhaka jika menuntut keadilan. Semoga ini tidak terjadi di negara Indonesia. Semoga.

Sumber: kompas

Hari Buruh Sedunia dan demonstrasi di Indonesia, wajarkah?

10:24 AM Posted by Lily Rofil No comments
Salam bulan Mei

Tidak terasa bulan April sudah resmi berakhir digantikan oleh bulan Mei yang diawali dengan Hari Buruh Sedunia (HBS) atau lebih dikenali sebagai May Day.

Setiap tahun peringatan HBS ditandai dengan hari libur sehari baik bagi golongan buruh maupun golongan bukan buruh, termasuk para pelajar. Banyak yang menggunakan kesempatan hari libur ini untuk bersantai bersama keluarga, berlibur ke tempat pariwisata, bertemu kawan lama, dan tidak jarang juga dijadikan sebagai momentum untuk berdemonstrasi.

Gambar ilustrasi

Tidak dipungkiri lagi, setiap tanggal 1 Mei pasti ada demonstrasi jalanan dilakukan oleh beberapa kelompok buruh terutama di negara berkembang yang mana sektor buruh masih tinggi. Di Indonesia saja, hari ini jalan menuju Bandara Soekarno Hatta lumpuh disebabkan blokade oleh ribuan buruh yang menuntut pemerintah menghapus sistem kerja kontrak dan upah murah. Mereka melakukan aksi blokade dengan cara memarkir sepeda motor di Jalan Thamrin sehingga arus lalu lintas macet total. Akhirnya, polisi dan petugas dari Dinas Perhubungan Kota Tangerang terpaksa merayu mereka untuk membuka jalan demi kepentingan pengguna jalan yang lain, tetapi para buruh masih bersikukuh.

Ada juga golongan buruh yang memilih untuk berhimpun secara damai melalui rapat akbar seperti yang dilakukan oleh puluhan ribu buruh di Jawa Barat dan Jabodetabek. Para buruh yang berasal dari berbagi perserikatan buruh ini mengadakan orasi di stadiun Gelora Bung Karno menuntut perbaikan kesejahteraan buruh melalui upah minimum kota/kabupaten (UMK) dan upah minimum sektoral (UMS). Mereka juga menuntut agar sistem outsourcing dan kerja kontrak dihapuskan. Aksi ini relatif aman dan terkendali dengan adanya persembahan hiburan oleh grup band Slank.

Lain di Jakarta lain pula di kota lain. Dalam rangka memperingati HBS, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Solidaritas Mahasiswa Universitas Gajah Mada bersama-sama dengan masyarakat Jogja berdemo di depan gedung DPRD Jogjakarta. Sama halnya dengan tuntutan demo di Jakarta, mereka menyeru agar sistem outsourcing ditiadakan dan buruh diberi upah yang layak. Di Kediri pula, sekitar 400 pekerja pabrik rokok PT Topten Tobacco berunjuk rasa di depan gedung DPRD untuk menyerukan tuntutan yang sama.

Mengapa HBS selalu diwarnai dengan demonstrasi? Walaupun demonstrasi peringatan HBS tahun ini dilaporkan relatif aman dibanding tahun-tahun sebelumnya, mengapa tetap terjadi demonstrasi oleh para buruh dengan jumlah dan intensitas yang signifikan di negara kita? Tidak lain, ini disebabkan oleh tingkat kesejahteraan buruh di Indonesia yang masih rendah dan tidak mendapat sentuhan keprihatinan dari pemerintah secara sewajarnya. Suara mereka dibungkam atas ancaman pemecatan. Ini seperti yang terjadi di Bandar Lampung di mana banyak buruh takut bergabung perserikatan buruh dan turun ke jalan untuk berunjuk rasa karena sudah banyak terjadi pemecatan kepada buruh yang berani menuntut banyak. Upah minimum yang mereka terima juga masih rendah dan tidak sebanding dengan biaya hidup yang perlu dikeluarkan, terutama bagi para buruh di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Contohnya saja UMK Surabaya, di kota metropolitan ini, gaji minimum yang diterima buruh masih kurang dari 1,5 juta rupiah sebulan. Padahal melihat gaya hidup perkotaan yang dipamerkan, gaji sebanyak itu tidak akan mencukupi untuk makan sekeluarga. Belum lagi untuk urusan pendidikan dan kesehatan.

Jika memang pemerintah belum bisa memberi gaji yang layak bagi buruh, pemerintah seharusnya menyediakan lebih banyak fasilitas publik secara cuma-cuma. Untuk pendidikan dan kesehatan, misalnya, dua aspek penting masyarakat awam ini seharusnya menjadi tanggungan pemerintah sepenuhnya. Ini supaya keluarga berpendapatan rendah tidak terpaksa mengorbankan pendidikan dan kesehatan demi memenuhi keperluan hidup lainnya. Kesehatan diperlukan untuk kelangsungan hidup. Pendidikan sangat penting bagi pembangunan sumber daya manusia di negara. Namun perlu digarisbawahi juga bahwa lapangan pekerjaan juga harus seimbang dengan jumlah manusia terdidik agar mereka tidak terpaksa menjadi buruh kelak setelah menamatkan pendidikan. Ini penting agar lingkaran buruh dapat diminimalisir sehingga negara kita dapat menumpukan perhatian untuk melahirkan tenaga profesional.

Banyak negara yang sudah beralih kepada penyediaan tenaga profesional. Sebut saja Malaysia, sektor perburuhan tidak lagi diisi oleh rakyatnya sendiri. Malah sektor ini diambil alih oleh "buruh ekspor" dari negara-negara tetangga, termasuk dari Indonesia. Walaupun minim kebajikan, para buruh ini masih bisa menikmati upah minimum yang cukup tinggi dibanding upah minimum di negara asalnya. Gaji minimum di semenanjung Malaysia untuk sektor ekonomi adalah sekitar 2.75 juta rupiah sebulan. Ini berlaku untuk rakyat Malaysia dan juga pekerja asing di negara Menara Kembar tersebut. Khususnya bagi rakyat Malaysia, kebajikan publik sangat diperhatikan oleh pemerintah melalui pendidikan gratis sampai lulus sekolah menengah dan biaya pengobatan yang sangat murah. Tidak heran jika demonstrasi pada HBS sangat jarang terjadi di Malaysia.

Jika pemerintah Indonesia lebih memperhatikan nasib buruh dan rakyat Indonesia pada umumnya dengan memajukan infrastruktur awam dan pemberian layanan publik secara optimal, hal-hal seperti demonstrasi untuk melepaskan kekecewaan atau menyampaikan tuntutan dapat dikurangi. Perlu adanya inisiatif positif dari pihak pemerintah untuk memenuhi tuntutan para buruh agar nasib mereka lebih sejahtera dan tidak terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Sektor lapangan pekerjaan perlu juga dimajukan agar rakyat Indonesia tidak perlu bersusah payah ke luar negara untuk menjadi buruh yang berpotensi berhadapan dengan masalah sosial dan kemanusiaan. Harapannya, Indonesia bisa menjadi lebih baik dengan pemerintahan yang bersih dari korupsi dan rakyat, terutama golongan minoritas, mendapat kesejahteraan yang layak.


sumber:
MetroTV
Kompas
Antaranews
Jakpost

Saturday, April 28, 2012

Tidak hanya Muslim yang mengecam Lady Gaga

3:06 AM Posted by Unknown No comments
Selamat sore teman,

Sore yang cukup panas di sini. Panas hawanya juga panas suasananya. Demonstrasi Bersih 3.0 di pusat Kuala Lumpur belum bubar lagi. Masih membara emosinya juga di sana. Namun ada baiknya kita lupakan sejenak urusan politik ini dan bersantai sore dengan satu topik ringan tentang penerimaan masyarakat ke atas penampilan Lady Gaga.

Dua petugas penjualan tiket konser Lady Gaga di Jakarta ber-make-up seram meniru idolanya.
Ada kabar di Indonesia bahwa Lady Gaga akan mengadakan konsernya di Jakarta pada Juni mendatang. Kontroversi mengenai kedatangan penyanyi nyentrik ini pun santer dikabarkan di media. Ada yang menanti-nantikan penyanyi "Poker Face" ini datang. Ada pula yang menentang. Salah satu institusi yang menentang kedatangan Lady Gaga adalah Majlis Ulama Indonesia (MUI) yang memfatwakan haram bagi sesiapa yang menonton konser Lady Gaga.

Ketika berita ini di-pos di Kaskus, saya baca banyak karkuser yang menentang fatwa MUI ini. Katanya MUI terlalu sibuk mengurusi urusan kebebasan berekspresi seseorang. Ada juga yang mengatakan fatwa MUI hanya untuk rakyat Indonesia yang beragama Islam. Yang tidak Islam boleh saja menonton. Jadi ini masalah kepercayaan, bagi mereka.

Bagi saya, ini tidak hanya masalah kepercayaan dan bukan hanya Islam saja yang menentang penampilan Lady Gaga. Tidak peduli apa agamanya, penampilan Lady Gaga dinilai terlalu melanggar norma dan nilai moral. Walaupun saya liberal, saya tidak suka penampilan Lagy Gaga. Bajunya yang terlalu ketat dan buka-bukaan dipandang tidak etis untuk budaya timur maupun budaya lain di belahan dunia manapun. Bukan hanya baju, pembawaan diri Lady Gaga juga terlalu frontal dan bertentangan dengan adat budaya serta kepercayaan agama di Timur. Kepercayaan yang dianut Lady Gaga pun sama sekali tidak bisa ditolerir karena dia tidak menyembah Tuhan. Dia penganut satanic yang merupakan musuh bagi segala agama di dunia. Jadi tidak heran MUI dan umat Muslim taat sangat menentang kehadiran Lady Gaga di Indonesia.

Jika penentangan terhadap Lady Gaga di Indonesia dilihat lebih dilakukan oleh umat Muslim, di negara lain yang bukan negara majoritas rakyatnya beragama Islam juga menentang Lady Gaga. Agama Kristen, misalnya, baik di Barat sendiri maupun di Timur juga menentang penampilan Lady Gaga. Sebut saja negara Korea Selatan yang baru-baru ini menjadi tempat Lady Gaga menggelar konser World Tour-nya. Beberapa kelompok umat Kristen konservatif menentang kehadiran Lady Gaga karena dia dianggap mempromosikan pornografi dan homoseksualitas. Kelompok Kristen konservatif ini juga sempat menggelar aksi protes. Hasilnya, pemerintah Korea hanya memperbolehkan pemuda yang sudah berumur 18 tahun ke atas yang boleh menonton konser tersebut.

Ini bukti jelas bahwa tidak hanya Islam yang menentang Lady Gaga. Penampilan dan pembawaan Lady Gaga yang terlalu berlebihan dan tidak sejalan dengan nilai dan norma sosial masyarakat menjadi pertimbangan bagi para pemuka agama dan masyarakat untuk memboikot Lady Gaga. Yang jelas, sebagai figur publik yang berpotensi menjadi panutan masyarakat, Lady Gaga dinilai tidak sesuai untuk masyarakat Muslim, terutamanya di Indonesia.

*sumber:
Jakpost
Vivanews
Tribunnews


Friday, April 27, 2012

STOP CHILD ABUSE NOW!

1:05 PM Posted by Lily Rofil No comments

Hi readers,

We, even once, ever watch or hear about child abuse, don't we? How do you feel when you see a child gets abused? How do you feel when you are exactly that child? Let's think about it.

Children are small angels that God gives us. We have to protect them instead of abusing them. When we see they are smiling, don't we feel happy? When we see they are growing very well, don't we get excited? They can be a source of happiness in a family, so why does child abuse exist even in a family?

A boy gets beaten by his mother or his father. A girl gets raped by her own uncle. A boy and a girl who are abandoned by their own parents and live on streets. Sky becomes their roof. Earth becomes their mat. They eat others' leftover. A child that is treated like a dog. A child that is always left at home alone. All these cases can be counted as child abuse. Are we willing to see it every day in our lives?

Children are human beings too. But why there are certain people treat them like animals? They have to work very hard like an adult just to support their parents or just to make their parents or their guardians do not beat them. They are prohibited to eat just because they are not intentionally pour hot tea on their parents' fancy clothes. They get scolded because they do not get A in Math class. Those do not make sense. Those are cruel, very very cruel.

Children are just children. They are lack of life experiences but they can feel. They can feel someone doesn't like them. They can feel how to make other people, especially their parents, happy. They can feel what their parents feel. So, if they get beaten, treated like a chicken, tortured, raped, they may feel they are not welcome to this world. They will absolutely feel depressed deep in their heart.

They may not know how to tie their shoe-laces. We know, so why don't we help them and teach them properly instead of kicking them? They may not know how to use spoons. We know, so why don't we feed them and give them try using spoons little by little instead of let them died because of famine? They may know what are their sexual organs use for. We know so we should tell them that their sexual organs must not be seen, touched, or tortured by other people including their closest relatives.

We adults are mature than they are. We are clever than they are. We know everything better than they do. We can think clearer than they do. So, starting from now, we must promise to ourselves that we do not want child abuse to happen in our surrounding again.

It can be started from me. I, Lily, promise myself not to want child abuse happen in my surrounding. I do not want girls to get raped. I do not want boys wandering on streets to ask for coins. I do not want girls to be traded like economic commodity. I do not want girls to serve adult sex need. I do not want children to drop out from schools. I do not want children to hold weapons to protect their country. The country must protect them instead. I do not anything related to abusing children to happen to them. I want children live happily as they have to be. I want children to grow up properly. That's why, I raise my hands and yell it loud: STOP CHILD ABUSE NOW!

Perempuan makhluk yang selalu disalahkan

7:22 AM Posted by Lily Rofil , 5 comments
Hai wanita, dan juga lelaki di luar sana.

Disadari atau tidak, kalian pernah menuding jari ke wanita
(atau ke diri sendiri, bagi kalian yang merasa wanita),
atas sebuah kesalahan, yang memang dilakukan atau tidak.
Ya, wanita memang tidak pernah lepas dari rasa bersalah.
Semua yang terjadi,
jika itu suatu kesalahan, atau kecacatan,
wanita yang akan disalahkan.
jadi, di bagian hidup manakah wanita tidak bersalah?

Bahkan sejak dilahirkan, perempuan sudah bersalah karena dia perempuan.
“Ah, mengapa anakku tidak laki-laki? Siapa yang akan kasih makan aku nanti?”
pertanyaan klasik dari seorang ayah, yang merupakan seorang lelaki,
atau juga ibu, yang tidak sadar bahwa dia juga perempuan.

Ketika dia remaja, dia dipersalahkan atas krisis moral yang melanda masyarakatnya.
“Jangan keluar malam, ada dunia buas di luar sana!”
“Jangan pakai rok pendek, nanti mengundang nafsu lelaki hidung belang!”
“Salah KAU berpakaian terlalu seksi. Sekarang keperawanannmu telah direnggut lelaki itu.”
“Perempuan tak baik marah-marah!”
“Jalan pelan-pelan, nggak baik dilihat orang!”
“Pelankan suara! Perempuan ngomongnya harus lemah lembut.”
“Buat apa bertanding untuk menjadi ketua kelas? Biarkan lelaki saja yang memimpin. Itu memang sudah kodratnya.”

Mengapa?
Mengapa dunia di luar sana perlu membuaskan diri jika wanita keluar malam?
Mengapa nafsu lelaki hidung belang harus terundang jika melihat wanita memakai rok pendek?
Apakah perkosaan itu harus terjadi setiap kali wanita berpakaian seksi? Ada undang-undangnya?
Kalau memang harus marah, so what? Toh marah itu sebagian dari proses hormonisasi tubuh kita.
Terus kalau wanita dikejar anjing, digigit dan mati, dia dianugerahkan gelar pahlawan karena telah berbuat “baik”?
Dan kalau lelaki meninggikan suara itu suatu pertanda yang baik? Mengapa?
Kodrat mana yang memihak wanita kalau begitu?

Pada dasarnya perempuan memang sinonim dengan salah.
Ketika ayahnya tidak mampu membiayainya pergi ke sekolah, dia salah.
Ketika mahkotanya direnggut di usianya yang masih belasan tahun, dia salah.
Ketika kawin, dia salah.
Tidak kawin, apalagi? Salah dia juga.
Ketika suaminya menganiayanya, dia salah.
Ketika suaminya menceraikannya, dia salah.
Ketika anaknya terlantar, salah dia.
Dia sukses, dia salah.
Dia tidak sukses, dipersalahkan juga.
Berbuat baik, salah!
Berbuat salah, makin salah!
Dan adakah waktunya perempuan dianggap tidak bersalah?

Mungkin…
Mungkin ada ketika dia diam di dalam rumah, mendengar dongeng, menjahit, dan memasak.
Mungkin ketika dia diam saat ayahnya, abangnya, pamannya, atau bahkan kakeknya, orang asing baginya, merabah tubuh telanjangnya.
Mungkin ketika dia diam saat ahli politik mengambil semua hak bersuaranya.
Mungkin ketika dia diam saja ketika orang memarahinya.
Mungkin ketika dia diam sewaktu tanahnya dirampas, begitu juga dengan harta bendanya.
Mungkin ketika dia diam setelah suaminya menyimbah asam ke muka cantiknya.
Mungkin ketika dia menunduk ketika sekeliling mencemoohnya.
Mungkin ketika… ketika dia mati memeluk anaknya yang menangis kesakitan.

Dunia tidak adil bagi wanita. DUNIA, aku kata.
Dunia.
Dunia yang dicipta Tuhan
Tapi dibangun lelaki.
Dunia yang terlalu salah bagi wanita untuk bertahan hidup.
Dunia yang seharusnya nature, tapi hakikatnya culture.
Dunia yang seharusnya memihak pada perempuan, gadis, wanita, ibu, nenek.
karena dunia dimiliki oleh ibu pertiwi, ditemukan oleh nenek moyang,
diasuh oleh tangan-tangan lembut perempuan desa.
Lantas, mengapa perempuan masih dipersalahkan?

Monday, April 23, 2012

Ternyata masih ada tradisi masyarakat keturunan India di Indonesia

2:12 AM Posted by Unknown 5 comments

Pembaca yang dihormati,

Pernakah anda terbesit pertanyaan dalam benak bahwa Indonesia juga dihuni oleh warga keturunan India? Selama ini kita tahu rakyat Indonesia sangat beragam berdasarkan etnik/suku budaya. Ada suku Jawa yang mendominasi populasi dan pembangunan di Indonesia. Ada keturunan Cina yang menguasai dunia bisnis dan ekonomi. Etnik Sunda terkenal dengan perempuan yang cantik. Suku Bugis suka merantau. Suku Batak menguasai profesi advokasi. Masih banyak lagi etnik suku di Indonesia yang saya pun tidak bisa menyebutkan satu per satu. Tetapi pernahkah kita menjumpai warga Indonesia yang berketurunan India?

Saya pribadi tidak pernah berjumpa dengan orang Indonesia keturunan India sampai pada tahun 2009 ketika saya menjadi student helper untuk Pemilu Legislatif 2009 di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur (KL). Waktu itu saya ternampak seorang gadis berwajah manis ala-ala India. Saya fikir dia orang Malaysia yang menjadi pekerja di KBRI. Rupanya dia bisa berbicara sangat lancar dalam Bahasa Indonesia dan merupakan pelajar Indonesia di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).

Saya sering ditanyai oleh kawan-kawan India di kampus Universiti Malaya (UM) apakah ada rakyat keturunan India di Indonesia. Warga keturunan India di Indonesia yang saya tahu sejak dulu cuma keluarga Ram Punjabi dan ram-ram lainnya yang menguasai produksi  sinetron dan film horor semi porno di bawah rumah produksi Multi Vision Plus dan MD Entertainment.

Melihat warga keturunan India di Malaysia yang begitu banyak dan masih mempertahankan tradisi aslinya sehingga tidak tampak seperti rakyat Malaysia, terbesit di benak saya apakah ada warga keturunan di Indonesia yang benar-benar masih "India". Kemudian saya nemu artikel berita dari Metro TV pagi ini yang mengabarkan tentang tradisi Serak Gulo yang dirayakan oleh warga keturunan India di Padang, Sumatra Barat. Setelah membaca artikel ini saya berfikir, "oh ada juga keturunan India yang masih mempertahankan tradisinya di Indonesia". Mengapa saya berkata demikian? Karena selama hidup di Indonesia saya tidak sangat jarang menyaksikan atau mendengar tentang tradisi masyarakat Indonesia keturunan India.

Sebenarnya dengung tentang tradisi budaya India di Indonesia bukan tidak ada sama sekali. Justru pengaruh budaya India ke dalam budaya Indonesia sangat kental. Menurut fakta sejarah, Islam masuk ke Indonesia dibawah oleh pedagang dari Gujarat yang membuat transaksi jual-beli dengan dan mengenalkan budayanya kepada masyarakat setempat. Mereka kemudian menetap, menikah dengan orang lokal dan mempunyai keturunan yang mungkin sudah berdifusi dengan suku etnik lainnya. Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, para golongan Brahmana dari India mendahului dengan menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Banyak kerajaan-kerajaan Hindu menyebar di Nusantara dahulu kala. Yang paling berpengaruh tentunya kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa. Saking kuatnya pengaruh Hindu di Jawa pada zaman lampau, tradisi masyarakat Jawa Islam pada masa sekarang masih mengandung unsur-unsur Hindu. Sebut saja perayaan Malam Satu Suro (Tahun baru Islam, satu Muharam) di Jogjakarta yang masih menggunakan persembahan-persembahan (sesaji) layaknya perayaan umat Hindu.

Perayaan Malam Satu Suro merupakan perayaan umat Muslim yang mendapat pengaruh Hindu India. Bagaimana pula dengan perayaan umat Muslim Indonesia yang mendapat pengaruh Islam India? Salah satu contohnya yaitu tradisi Serak Gulo yang saya sebut di atas. Tradisi Serak Gulo atau tabur gula merupakan tradisi tahunan yang hanya ada di Padang. Tradisi ini merupakan ritual pembuka yang akan ditutup oleh tradisi Arak Cendana dan biasanya diadakan selama sepuluh hari pada bulan Jumadil Akhir menurut kalender Islam. Tradisi yang sudah diamalkan sejak 300 tahun lalu ini adalah bentuk nazar yang dilakukan oleh keturunan India Islam di mana nazar tersebut ditandai dengan memberi gula sebanyak nazar yang dibuat. Ribuan bungkus gula dari para pendonor gula biasanya dibagi-bagikan kepada warga keturunan India di lokalitas setempat.

Pendonor gula membagikan bungkusan gula kepada warga keturunan  India di Padang, Sumatera Barat.

Ternyata memang ada tradisi keturunan India yang masih dipertahankan sampai sekarang orang masyarakat Indonesia, dan saya baru tahu ini. Saya pun meng-Google untuk mencari tahu bagaimana tradisi masyarakat keturunan India di daerah lainnya. Pada salah satu blog yang saya baca, saya dapati ada juga masyarakat keturunan India yang merayakan Deepavali atau Diwali. Katanya, di Medan, Sumatera Utara, perayaan Diwali boleh dirayakan secara besar-besaran sejak tahun 1998. Tentang perayaan Diwali di Indonesia, dulu memang saya pernah mendengar kabarnya. Saya tahu ini melalui program infotainmen yang menyiarkan informasi tentang perayaan Diwali yang dirayakan oleh keluarga Ram Punjabi dan produser-produser sinetron keturunan India lainnya. Saya juga pernah mendapat satu pesan ringkas (SMS) nyasar berupa ucapan selamat hari Diwali yang kemudian saya ketahui sebagai perayaan bagi keturunan India terutama yang beragama Hindu.

Kita memang jarang mendengar tradisi masyarakat keturunan India, tetapi peninggalan budaya India di Indonesia sangat banyak. Sebut saja Candi Borobudur dan Candi Prambanan, dua ikon wisata Jogajakarta tersebut merupakan peninggalan dari zaman kecemerlangan agama Hindu-Budha di Jawa yang mendapat pengaruh dari India. Cerita wewayangan Ramayana dan Mahabarata yang sering "diklaim" sebagai produk budaya masyarakat Jawa juga sebetulnya berasal dari India. Bahasa kebangsaan kita, Bahasa Indonesia  banyak menyerap kata-kata Sansekerta, bahasa kuno di India. Orang Indonesia, baik yang keturunan India maupun tidak, banyak yang memakai nama mirip dengan nama-nama orang India seperti Wati, Ratna, Rangga, Sulastri, Dewi, Dewa, Mahendra, dan banyak lagi. Tentunya, warga keturunan India di Indonesia juga banyak dan tersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia, terutama di Medan, Palembang, Aceh, Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Jogjakarta, Surabaya, Malang, Bangil dan Bali.

Kesimpulannya, tradisi dan budaya keturunan India di Indonesia memang ada tetapi kurang dikenal. Masyarakatnya pun jarang dijumpai karena mungkin sudah berdifusi dan berasimilasi dengan masyarakat suku etnik lain sehingga muka dan bentuknya tidak dapat dibedakan dari muka keturunan Indonesia asli. Gaya hidupnya juga sudah seperti warga Indonesia pada umumnya. Inilah keunikan Indonesia, walaupun terdiri daripada beragam suku budaya, indentitas nasional tetap satu: Bangsa Indonesia.

Sekian. Adios.

*sumber:
MetroTV
Wikipedia
Blog Bambang Priantono

Friday, April 20, 2012

Salah kapra arti emansipasi

10:54 PM Posted by Lily Rofil , , No comments

Halo pemuda/pemudi Indonesia

Setiap tahun rakyat Indonesia merayakan Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April. Setiap tahun pula wacana emansipasi di Indonesia diungkit dalam rangka peringatan hari kelahiran pejuang wanita yang bernama Raden ajeng Kartini tersebut. Sayang, masih banyak yang keliru akan makna emansipasi.

Pada post sebelumnya tentang mengapa saya support feminisme, saya sudah menyentuh sedikit tentang kekeliruan masyarakat terhadap istilah emansipasi (emancipation) dan kesetaraan gender (gender equality). Karena post tersebut saya tulis dalam bahasa Inggris, kemungkinan banyak orang yang tidak membacanya. Ada juga yang membacanya tapi masih salah faham. Jadi di sini saya mau membahasnya kembali.

Tadi pagi saya membaca salah satu tweet yang di-retweet salah satu teman saya, mengatakan salah satu bentuk emansipasi itu seperti keberanian cewek menyatakan cinta duluan kepada cowok. Emansipasi itu seperti cewek boleh memakai baju cowok, sebaliknya cowok boleh memakai baju cewek, katanya. Ada juga yang mengatakan, emansipasi itu keadaan di mana lelaki dipaksa masuk ke dapur sedangkan wanita boleh bebas kelayapan di luar rumah. Ini jelas anggapan tentang emansipasi yang salah kapra.

Emansipasi itu berasal dari perkataan dalam Bahasa Inggris "emancipate" atau "emancipation" yang artinya memberikan hak yang sepatutnya diberikan kepada orang atau sekumpulan orang di mana hak tersebut sebelumnya dirampas atau diabaikan dari mereka. Ibu kita Kartini telah mencontohkan salah satu bentuk emansipasi yang membawa perubahan besar kepada perempuan Indonesia, yaitu perjuangan menuntut hak pendidikan bagi perempuan. Ini jelas bentuk emansipasi karena fakta sejarah menceritakan bahwa wanita pada zaman dahulu diabaikan haknya untuk memperoleh pendidikan formal dan berkat Kartini, wanita pada zaman itu dan sekarang layak mendapatkan pendidikan formal di sekolah maupun di institusi pendidikan dan profesional lainnya. Bayangkan jika perempuan dilarang untuk mendapatkan pendidikan formal, mungkin saya dan anda para perempuan Indonesia di luar sana hanya berkesempatan menjadi tukang jahit, juru masak, pengasuh anak, dan mungkin juga pencari kutu rambut bersama tetangga-tetangga anda.

Sekarang perempuan Indonesia sudah bisa menikmati pendidikan formal seperti yang diharapkan Kartini. Lalu bentuk emansipasi apa lagi yang perlu diperjuangkan? Banyak. Hak berpolitik misalnya, walaupun wanita sudah mendapatkan kuota 30% di parlimen, suara mereka masih dianggap remeh. Saya rasa kuota itu hanya sebagai stimulus untuk melunakkan hati perempuan saja. Suara perempuan masih lagi diwakili oleh suara lelaki. Hakikatnya, lelaki dan perempuan mempunyai kepentingan yang berbeda. Jadi, emansipasi perempuan dalam bidang politik seharusnya membebaskan wanita menyuarakan pendapatnya tanpa harus dibayangi imej seksis dan kepentingan kaum lelaki, apalagi kepentingan partai.

Pada zaman modern ini sudah banyak juga wanita yang menceburi bidang profesional dengan menduduki posisi yang sebelumnya didominasi oleh lelaki. Ini juga bentuk emansipasi, yaitu emansipasi menuntut hak di arena publik. Sebelumnya, perempuan selalu dikaitkan dengan tugas rumah tangga saja seperti memasak, mencuci, membersikan rumah, merawat anak, dan melahirkan. Sekarang sudah banyak wanita yang menjabat sebagai direktur, manajer, ketua oraganisasi, bahkan salah satu presiden kita ada yang berjenis kelamin perempuan. Mengenai performance mereka, itu urusan pribadi masing-masing. Yang terpenting, mereka sudah diberi kesempatan untuk menunjukkan sumbangan yang bisa diberikannya untuk pembangunan negara.

Sesungguhnya emansipasi yang sebenarnya adalah bentuk pemberian hak kepada wanita untuk mengembangkan diri dan kemahiran profesional agar bisa bergandeng bahu dengan lelaki dalam pembangunan negara. Tidak ada maksud negatif yang tersembunyi di sebalik gerakan emansipasi. Jikapun ada, itu kembali ke niat orang atau kumpulan yang memperjuangkannya dan apa latar belakang yang memotivasinya. Bagi saya pribadi, emansipasi bukan usaha untuk melegalkan prostitusi, seks bebas, homoseksualitas, gonta-ganti pasangan, aborsi, dan segala bentuk degradasi peradaban lainnya seperti yang dituduhkan oleh kaum konservatif patriarki. Jika ada gerakan yang mengatasnamakan emansipasi dan mendukung usaha-usaha ilegal tersebut, bukan berarti itu mewakili gerakan emansipasi kolektif secara umumnya.

Emansipasi juga tidak menyeru perempuan untuk membangkang dari ayahnya, walinya, orang tuanya, dan suaminya. Dalam Islam sendiri sudah disebutkan bahwa seorang istri (wanita) wajib mentaati suaminya (lelaki). Bahkan ketaatan seorang istri kepada suami dinilai ketaatan tertinggi setelah ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Namun perlu digarisbawahi oleh lelaki, Islam tidak pernah mengajarkan lelaki untuk memukul, menghina, dan merendahkan martabat isterinya. Suami juga tidak boleh menyuruh hal-hal yang dilarang oleh agama kepada istrinya. Tidak ada dalam al-Quran ditemukan ayat yang menyatakan istri adalah hamba sahaya seorang suami. Suami perlu menghormati istri dan wanita di sekitarnya sebagai bentuk balasan ketaatan perempuan-perempuan tersebut. Sebagai lelaki yang dibawa ke dunia oleh seorang wanita, setiap lelaki tidak berhak untuk merendahkan siapapun wanita di sekelilingnya.

Saya seorang perempuan biasa. Saya tidak menuntut banyak dari anda semua. Saya cuma berharap melalui tulisan ini, mari kita sama-sama membuka mata dan lebih peka terhadap sumber masalah sosial yang sebenarnya dan tidak melulu menyalahkan pihak tertentu atas kebobrokan masyarakat. Menyalahkan perjuangan emansipasi dan perempuan misalnya, ini hanya akan menambah masalah dan tidak mencari solusi. Setiap gerakan memiliki sisi negatif dan positifnya. Yang positif kita dukung, yang negatif kita lawan.

Tulisan ini mewakili pandangan pribadi saya. Jika anda mempunyai pendapat berbeda, itu hak anda dan anda berhak mengutarakannya di sini sebagai bahan diskusi sehat.

Perempuan Indonesia Berprestasi di Tingkat Dunia

9:40 AM Posted by Lily Rofil No comments

Salam pemuda Indonesia

Hayo, tidak lupa kan hari ini tanggal berapa dan ada peringatan apa di Indonesia? Hari ini tanggal 21 April merupakan peringatan Hari Kartini. Jadi, admin mau mengucapkan Selamat Hari Kartini kepada semua perempuan Indonesia, baik yang ada di Tanah Air maupun di luar negara, terutama pelajar perempuan Indonesia di Universiti Malaya.



Dalam rangka Hari Kartini, admin mau membahas tentang perempuan berprestasi Indonesia. Membicarakan perempuan Indonesia biasanya identik dengan Raden Ajeng (R.A.) Kartini yang memperjuangan hak perempuan Indonesia terutama untuk mendapatkan akses pendidikan. Istilah "emansipasi" yang beliau perkenalkan lebih dari seratus tahun yang lalu masih kental di pikiran masyarakat Indonesia sampai sekarang. Jika perempuan Indonesia pada zaman dahulu dan sekarang masih diabaikan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan seperti yang berlaku sebelum era Kartini, bisa dibayangkan Indonesia tidak akan semaju sekarang. Pendidikan memang sangat penting bagi pembangunan negara dan perempuan serta laki-laki memainkan peranan penting di dalamnya. Jika perempuan diabaikan haknya untuk mendapatkan pendidikan, sudah tentu mereka tidak bisa bahu-membahu dengan laki-laki untuk memajukan ekonomi, sosial, dan politik Indonesia. Yang paling penting, dengan pendidikan yang sesuai dan setara, perempuan Indonesia juga bisa mengharumkan Indonesia di mata dunia.

Sudah banyak perempuan Indonesia yang mengharumkan nama Indonesia di dunia terutama di bidang pendidikan. Sebut saja Sidrotun Naim, pelajar tingkat PhD di bidang Sain Lingkungan ini pada bulan Maret lalu telah dinobatkan sebagai salah satu penerima penghargaan "the 2012 L'Oreal-UNESCO International Fellows". Wanita Solo ini  merupakan seorang daripada 15 wanita di dunia yang menerima penghargaan tersebut. Penelitian beliau di bidang molecular virology bertujuan untuk menginvestigasi dan mengubah struktur dan fungsi genetik IMNV, virus baru di Indonesia yang dapat membunuh hampir 70% populasi udang. Tentu saja hasil penelitian mahasiswa University of Arizona ini akan memberi impak besar bagi perkembangan ekonomi Indonesia terutama di bidang peternakan udang.  Yang paling penting, Indonesia bakal mempunyai ahli patologi perempuan bertaraf Internasional untuk pertama kalinya.

Yang paling baru, pada tanggal 12 April 2012 yang lalu, mantan Mentri Keuangan Indonesia yang sekarang menjabat sebagai Managing Director di Bank Dunia, Dr. Sri Mulyani Indrawati telah menerima penghargaan  Madhuri and Jagdish N. Sheth International Alumni Award dari University of Illinois in Urbana-Champaign (UIUC). Beliau menerima penghargaan tersebut bagi kategori Exceptional Achievement atas prestasi menonjol beliau secara profesional di tingkat nasional dan internasional. Antara usaha besar beliau ialah  penerapan reformasi keuangan, pemberantasan korupsi di kementerian yang dipimpinnya suatu ketika dahulu, dan peningkatan foreign direct investment di Indonesia. Sangat disayangkan orang seperti beliau tidak lagi diperlukan jasanya di negara sendiri, tetapi admin yakin beliau akan terus mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.

Satu lagi perempuan berprestasi Indonesia yang mampu menunjukkan ke dunia bahwa film Indonesia tidak hanya sekedar film horor-porno terselubung, melainkan penuh nilai moral dan membawa pesan positif bagi masyarakat. Perempuan ini tidak lain dan tidak bukan adalah Sutradara kawakan Nia Dinata. Produser sekaligus sutradara film Arisan dan Arisan 2 baru saja menerima Achievement Award untuk dua film tersebut di acara CinemAsia Amsterdam 2012 pada tanggal 8 April lalu. Penghargaan tersebut diberikan oleh Hivos Foundation, Belanda atas kegigihan beliau mengangkat isu-isu kesetaraan gender dalam film, terutama di dua sekuel Arisan. Film-film yang beliau hasilkan memang sering menyentuh isu gender. Sebut saja film Perempuan Punya Cerita dan Berbagi Suami, kedua film ini mengangkat isu-isu gender yang masih dianggap tabu dalam masyarakat seperti pelacuran, seks bebas dan poligami.

Masih banyak lagi perempuan Indonesia yang berprestasi dan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Jika dibahas satu per satu di sini, entry ini akan sepanjang jalan Daendles, dari Anyer sampai Panarukan (lebay). Ini karena perempuan Indonesia yang berprestasi di tingkat dunia jumlahnya mungkin ribuan bahkan jutaan. Dan jumlah ini akan semakin bertambah jika kita, pelajar perempuan Indonesia (terutama anggota PPIUM), bisa segera mengikuti jejak para perempuan brilian yang admin sebutkan di atas dengan mengukir prestasi, berdasarkan cara dan bidang masing-masing. Sebenarnya pelajar perempuan PPIUM sudah pun berprestasi di tingkat internasional. Pada tahun 2009 dan 2010 yang lalu, tim Penari Saman Indonesia dari Universiti Malaya berhasil menyabet tempat kedua dan juara di ajang One World Culture yang diadakan di Nilai University College, mengalahkan puluhan tim kebudayaan pelajar International lainnya dari seluruh Malaysia. Luar biasa dan selamat untuk para pelajar perempuan PPIUM.

*sumber:
Unesco
Indonesiaberprestasi

Thursday, April 19, 2012

Nothing's wrong with supporting the ideology of feminism

8:39 PM Posted by Unknown , , No comments

God day peeps,

Before I talk about the topic Im gonna discuss with you, I'll show you a screenshot from my Google+ page. This post was posted by my friend and I totally agree with what she said. So check this out.


I do agree with my friend said about nothing wrong to be a liberal as long as we still have believes in traditional--and religious--values. In modern days, people start seeing traditional and religious values less important. They tend to follow the flux in which they are more likely to be liberal. That's not surprising, though, in fact nowadays there are so many isms appear in attempt to influence people with brand new and eye-opening facts and ideologies that people previously do not pay attention to. Name it feminism, secularism, capitalism, free-thinker, etc. these isms have their own pros and contras.

Since I study gender, I would like to talk little bit about feminism. The term feminism was coined in Western world in late 19th century. Generally, feminism tries to bring women's concerns to mainstream so that women's fundamental right can be taken into account in the process of country development. Initially, feminism, in their first wave to third wave movements, were divided into, at least, four categories: liberal, radical, Marxist, and socialist. Each category had its own agenda. Liberal feminism fought for women's right in public sphere, such as access to education and politics. Radical feminism attempted to eliminate patriarchal values from society which were seen as the source of oppression against women. Feminist also adopted Marxism to form Marxist feminism in attempt to fight against capitalism as this ideology had tendency to marginalize women. Last but not least, socialist feminism which was influenced by radical and Marxist feminism, put the core agenda to work for elimination of patriarchal and capitalist values that oppressed women.

For me, I prefer to follow the ideology of social feminism because I hate patriarchy and capitalism that seem try to endanger women. I like the intention of this feminism which is to eradicate all the things that sound or seem to discriminate women especially those that are caused by patriarchal and capital systems. Patriarchy system obviously does not allow women to be in line with men in every aspect of life. Whereas, capitalism influenced by patriarchy has tendency to prioritize men over women. Thus the opportunities for women in political, social, and economical development are still limited.

Specifically, the patriarchy system always tries to put women as inferior to men. Patriarchy believes that women are subordinate. Thus women are only allowed to deal with domestic sphere while men are responsible in public sphere. For instance, women are always referred to domestic work such as cleaning, cooking, child-bearing, child-rearing, and so on. Nowadays, many women have entered public sphere through job employment and political involvement. Yet, they attach to domestic work considerably a lot. I am not saying that men today don't help in domestic work. My father, for example, will cook or do laundry and go for errands to shop household needs if my mother is not able to do so. How about majority men out there? Are they like my father? Well, maybe some of them are but in fact the patriarchy system influences them that they aren't supposed to involve in domestic tasks and follow women instruction. Therefore there are significant numbers of cases that men disrespect women as if women are born to be their slaves. Wallahi, I hate that.

I hate patriarchy so much. I think I hate patriarchy more that I hate capitalism. Well, in fact capitalism is just the matter of competition. Who are qualified to particular positions, men or women, those get the access and privileges. HOWEVER, due to the strong patriarchy system in the society, men always try to sabotage women in any competition. Just saying. I think I detest patriarchy to the max. Hence, I think I am more in favor of radical feminism. But I am not a feminist if I may say. I just believe in the ideology: eliminating all the patriarchal things that discriminate women.

Feminist movements were always seen problematic as their agenda was seen opposite to mainstream agenda. Even though in their land of struggle, Western, which liberalism was promoted publicly, feminist ideology always  got countered. That was because the patriarchy system in the Western was still strong then that women were seen as second class or a marginalized group which would never be equal to men. Despite their tough struggle in Western, feminists and their ideology could reach Eastern world. Yet, due to the strong attachment of the Eastern people to communal values, which was strong patriarchal too, the ideology could not go further here. It is not surprising when people in Eastern try hard to block this ideology to be spread in the society since their believe systems also put down on women. And because it was rooted from Western values, people of the East could not simply adopt the feminist values.

Essentially, feminist values and ideology were found in the East far before Western feminism went public. It was reported that women in India, for example, had fought for elimination of oppression and violation against  women in the name of religion or custom system, which was Hinduism. In ancient India, women who were left by their husbands due to death, should be burnt as a symbol of faithfulness. This practice was called "sati". In contrast, the husbands whose the wives died did not have the same practice. That's ironic and completely unjust.

Actually, feminism is just a term. It is raised as political issues because the term is from Western world and the ideology is not in line with the hegemony agenda. In Western, feminism might not bring along religious values but their intention to eliminate oppression, violence, and discrimination against women was pure and fruitful. So, why don't we look at the positive sides of their struggle? If we could create a better world in which discrimination does not exist against marginalized groups in terms of gender, ethnicity, religions, race, skin color like feminists strive in their movements, why not?

Alright, let's move to feminism in Indonesian context. Since tomorrow is Kartini's Day in Indonesia, I would like to say HAPPY KARTINI'S DAY to all women and girls in Indonesia. Kartini's Day is a day off to celebrate the born day of Raden Ajeng (R.A.) Kartini, the first woman who start a public woman movement in Indonesia. Kartini was famous with the term emansipasi (emancipation) as she fought for women's rights to be equal to men in access of education and other crucial aspects of life. She protested against Javanese culture that hampered the development of native women in Indonesia. Her enormous struggle to uplift women's dignity has been recognized as a patriotic commitment of speaking up for women's rights in Indonesia. Up until today, people of Indonesia still celebrate her patriotic spirit. I think Kartini's struggle could be consider as one of feminist movements since she fought for women's rights. And the people of Indonesia never see the Kartini's spirit as feminism probably because the term feminism/feminist was not familiar then and they prefer the term that is more practical or culture-friendly which is emansipasi.

Unfortunately, there are so many Indonesians misunderstood this term of emansipasi. Especially those who name themselves conservatives, emansipasi is understood as the efforts to place women and men equal in every aspect of life. Apparently, they assume that emansipasi is potentially to challenge men's power and take over men's position as the guardians or leaders. They have it in their mind that emansipasi tries to place women in public arena and men in home, COMPLETELY. This is absolutely wrong. This is not surprising if they think that way as they are still influenced by patriarchal norms.

Basically, emansipasi comes from an English word "emancipate" which means to give someone the political and legal rights that they did not have before. In fact, emansipasi movement done by Kartini attempted to give chances for women to get education as the right was denied before due to the traditional patriarchal system in the society and the Dutch colonialism. Emansipasi today, however, can be implemented by giving women the opportunities to get into political sphere IF they are really qualified for and not because they should be there due to the certain quota or just fulfilling the so-called gender equality.

This is also wrong to liken emansipasi to gender equality even though both terms are interconnected. As I mention, emansipasi is to give people what they are supposed to get that is denied before. It is not only in terms of gender differences. Instead, emansipasi can refer to returning the rights of any other marginalized groups so that they can also stand together with the mainstream groups in the name of humanity. Gender equality, in contrast, refers to promoting the equal rights of women and girls to support their full participation and involvement in the political, social, and economic development in their communities (UNICEF). In the other words, gender equality is not necessarily to give women and girls the COMPLETELY same rights as the men counterparts given. Gender equality according to Conference on the Elimination of all forms of Discrimination Against Women (CEDAW),  is to promote substantive equality which consolidates two main approaches of equality: equality of opportunities and equality of results. Equality of opportunities refers to the same access to the resources or opportunities--such as jobs or positions or training--for both men and women despite their biological and social differences. Equality of results refers to providing different schemes for women and men (as their needs and requirements are different) in order to achieve the same results for both men and women, or to result the positive changes for women so that they can be standing in line with men to realize the country development goals.

The implementation of gender equality is not merely to give the same portion of obligations and of rights to women and men as it is defined in formal equality. Women and men have different characteristics and skills. Women's needs differ from men's needs  too. Thus, women's needs could not be fulfilled by giving them men's needs and vice versa. However, in terms of skills, if women are given opportunities to be trained like a man too, it is not impossible if women can do what men do. BUT it should not be across the boundaries as determined in religious faith. I repeat, it should not be across the boundaries as determined in RELIGIOUS faith, not CULTURAL believes. I must emphasize this because people often misunderstand between RELIGIOUS WORSHIP and CULTURAL TRADITIONS. For example, the practice of wearing burqa for women is often referred to a way of worshiping God. In fact, it is just a cultural tradition in Middle East or Arabian countries to keep women protected from men gaze and torture (Arab men are wilder than any other men in the world, reportedly), and according to my Middle Eastern friends wearing fully covering abaya and burqa can protect women's body and face from the heat of enormously hot weather. If you don't believe me, you can try it if you go to Arab countries.

From my last point of view about the difference between religious faith and cultural traditions, you can think that I am not fully rebellious against religion, especially my the only one religion, Islam. I still believe in Allah and I do practice the Islamic ways of life. I just do not place myself in extremist ways of worshiping. As long as I call myself a Muslim, I perform five times prayers, I am fasting during Ramadhan month and Monday-Thursday, I pay Zakat, and someday insha-Allah I will go for Hajj pilgrimage, and most importantly I do not commit a crime against humanity, I think I am free to support the POSITIVE VALUES of liberalism or feminism. Therefore, nothing's wrong with supporting feminism as long as you still stick to religious values and do not cross the line of religious faith. I am not trying to challenge men's positions or rights. I just do not like any statements or circumstances that discriminate women. And before I end my argument, I better leave you with this quote "nowhere in the Koran does it say women are the servants of men".

Most of things stated here is just my two cents, and you are free to have yours too. Or if you have different points of view, please feel free to drop comments here. Thank you and adios.